Sabtu, 05 Desember 2009

Belajar Membuat Hutang Baik

Sewaktu saya menyatakan niat akan mengajukan pensiun dini, seorang kawan baik saya menentang keras. Lho, memangnya kenapa ? Saya katakan bahwa saya juga ingin terjun usaha, seperti yang sukses digeluti olehnya. Kawan saya menjawab bahwa jika saya pensiun dini, maka saya akan kehilangan salah satu alat yang bisa mendukung menciptakan hutang-hutang baik. Apa itu ? Payroll gaji.

Buat para fansnya R. Kiyosaki dan Purdi E. Chandra, topik ini tentunya sudah amat familiar dan mendarah daging. Namun buat rekan-rekan saya yang karyawan dan awam tentang usaha, kemungkinan topik ini masih cukup menarik untuk dibaca. Saya memang sedang belajar menjalankannya, makanya saya tulis di blog ini.

Definisi hutang yang baik adalah hutang yang membuat aset kita semakin bertambah, yang membuat kita semakin kaya. Demikian kata teorinya. Contoh : bila kita berhutang ke bank untuk membeli properti, dimana dana pinjaman tersebut bisa untuk membeli properti dimaksud dan kita masih memperoleh cashback money untuk menjalankan suatu usaha, yang hasil usaha tersebut bisa untuk mengangsur hutang ke bank.

Menarik sekali ! Berarti seseorang bisa memiliki properti dan suatu usaha hanya dengan modal dengkul, alias tanpa modal. Modalnya berasal dari pinjaman bank, dan dikategorikan sebagai hutang baik karena membuat aset meningkat. Setelah masa mengangsur selesai, yang tersisa adalah aset properti yang dibeli dan aset usaha yang sudah berjalan secara menguntungkan. Hutang lunas. Wow !

Apa ada yang bisa seperti itu ? Ternyata ada. Tentunya diperlukan kemampuan tertentu pula untuk bisa menjalankannya. Kalau kita simak dari uraian di atas bisa kita simpulkan bahwa setidaknya diperlukan kemampuan seperti : cara berhutang di bank, cara mencari properti atau rumah murah / berharga miring, dan cara mencari usaha yang beresiko rendah/moderat.

Bagi yang sudah memiliki ketiga ketrampilan di atas, tidak diragukan lagi anda sudah memiliki kemampuan membuat hutang-hutang yang baik. Bagi yang belum, mestinya harus belajar dulu. Jangan coba-coba. Karena hutang tersebut bisa menjerat anda, dan membuat susah seisi keluarga. Salah-salah, hutang yang direncanakan menjadi hutang baik tersebut berubah menjadi hutang buruk. Jangan lupa, gaji anda menjadi taruhannya.

Lebih baik pelajari dulu ketrampilannya, bangun koneksi-koneksinya, barulah mencoba. Kawan saya yang saya sebutkan di atas tadi biasanya tidak setuju dengan cara saya ini. Terlalu lambat katanya. Baginya yang penting segera action, langsung praktek, jangan terlalu banyak pertimbangan dan persiapan bertele-tele. Hal-hal lain dipelajari dan disolusi sambil berjalan.

Ngeri ! Belum tega saya mengikuti cara kawan saya ini. Sepertinya saya memang masih terlalu konservatif, ”mental karyawan” saya masih amat lekat. Harus saya akui bahwa masih banyak yang saya pertimbangkan. Terutama faktor resikonya. Inginnya sih resiko dibuat serendah mungkin. Kalau bisa nihil, he...he...he...

Buat saya masih ada hal yang mengganjal di hati. Yaitu masalah konsistensi. Misalnya saja semua proses awal di atas berjalan lancar. Maka masih ada faktor kurun waktu yang mesti dipertimbangkan. Artinya, apakah usaha yang dijalankan bisa dijamin akan terus bagus sepanjang masa mengangsur hutang ? Atau setidaknya, apakah masih tetap berjalan baik hingga tambahan aset anda sudah senilai dengan nilai hutangnya, agar tidak tekor ?

Sayangnya, kalau sudah terjun ke kancah usaha, maka tidak ada yang namanya jaminan. Itu bukan bahasa di kalangan tersebut. Yang tepat adalah berapa besar peluangnya dan berapa imbalannya kalau berhasil. Seimbangkah resiko yang mungkin muncul dengan imbalannya. Apakah jika resikonya muncul masih dalam kemampuan untuk menghadapinya. Hal-hal tersebut yang biasanya menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Lalu kenapa kita harus berhutang ? Mengapa bukan menjalankan usaha sesuai modal dana yang kita punyai saja ? Karena modal yang kita punyai terbatas, sehingga nilai bisnisnya juga terbatas. Dengan dana pinjaman, kemampuan modal menjadi berlipat ganda sehingga hasilnya juga bisa berlipat ganda.

Lalu apa hubungannya semua itu dengan pembicaraan mengenai payroll gaji di atas ? Nah, payroll gaji yang dibahas di atas tentunya berkaitan dengan persyaratan proses hutang ke bank. Payroll gaji yang menunjukkan bahwa pemiliknya adalah seorang karyawan yang memiliki pemasukan tetap, merupakan bukti nyata adanya cashflow yang bagus dan konsisten dari pemiliknya.

Tentu saja bukan sekedar payroll gaji, tapi juga seberapa besar gaji bisa disisihkan per bulannya. Bila kondisinya bagus, maka keberadaan payroll ini amat terpercaya untuk mendukung persetujuan bank. Meskipun seseorang belum punya usaha yang berjalan lancar, cashflow dari gaji sudah bisa menjadi jaminan.

Buat para rekan yang tidak memiliki payroll gaji atau sudah tidak lagi memilikinya, bukannya tidak ada kesempatan lagi. Prinsip menggunakan payroll gaji sebenarnya adalah cara menunjukkan ke pihak bank bahwa kita memiliki cashflow yang cukup dan dapat dipertanggungjawabkan konsistensinya. Kalau usaha yang dipunyai memiliki cashflow yang bagus paling tidak selama 6 bulan, itu pun sudah berfungsi sama dengan payroll gaji.

Nah, siapa yang sudah siap mencetak hutang-hutang baik ?


Selengkapnya »»

Belajar Cara Menangani Permasalahan Readmore

Cara membuat readmore pada postingan lama.

Kalau anda sudah terlanjur punya posting artikel sebelum anda membuat script readmore, dan ingin juga dibuat readmore, caranya mudah. Lakukan edit pada postingan tersebut. Langkah-langkahnya :

1. Klik menu EDIT POSTS
2. Klik EDIT di artikel yg akan diedit.
3. Pasang kode

<span class="fullpost">

di bawah paragraf yg akan ditampilkan. Dan pasang kode

</span>

di akhir artikel.


Cara menggunakan template yang sudah berisi readmore.

Bila karena sesuatu hal anda membuat blog baru menggunakan template yang sudah berisi readmore (misalnya template kawan anda) dan anda juga ingin menggunakannya. Maka yang perlu anda lakukan hanyalah :

1. Klik Dashboard
2. Klik SETTINGS atau Pengaturan,
3. Klik FORMATTING atau Format. Di bagian paling bawah ada kotak kosong di samping menu TEMPLATE POSTING. Isi kotak kosong tsb dg kode berikut:

<span class="fullpost">

</span>

Lalu klik SIMPAN PENGATURAN.
Selanjutnya cara melakukan posting sama seperti umumnya penggunaan readmore.

Cara menghilangkan tanda nomor atau bullet di readmore.

Kebetulan saya memposting artikel yang di dalamnya memiliki point-point baik berupa nomor atau bullet yang diformat otomatis (bukan diketik). Setelah save posting ternyata muncul nomor atau bullet di tampilan readmore, contoh seperti ini :

Naik pangkat juga menunjukkan kesan bahwa yang bersangkutan dinilai instansi/perusahaannya berprestasi, meski faktanya tidak selalu demikian. Ada kebanggaan, ada prestise.

1

2

Selengkapnya >>.


Tentu saja munculnya angka urutan tersebut amat mengganggu. Untuk menghilangkan angka tersebut, yang paling mudah dengan ketik langsung urutan angka tersebut, jangan dibuat format otomatis.
Karena ingin rapi, format otomatis saya coba pertahankan, lalu masuk ke edit posting, klik EDIT HTML, saya hapus semua tambahan kombinasi script berikut yang ada di dalam artikel.

<span class="fullpost">

</span>

Sisakan hanya kombinasi yang diperuntukan bagi readmore. Ternyata pemunculan angka yang mengganggu tersebut hilang (normal).


Selengkapnya »»

Minggu, 29 November 2009

Belajar Memelihara Tanaman Wijayakusumah.

Saat berkunjung ke rumah seorang kawan, secara tidak sengaja istri saya melihat daun wijayakusumah tergeletak liar di tanah dan bertunas. Satu point pelajaran, berarti cara pengembangbiakannya melalui tunas di daun. Tancapkan daun di tanah yang cocok, maka bertunaslah dia. Nanti akan saya tunjukkan betapa hebatnya daun tanaman wijayakusumah ini.

Setelah peristiwa penemuan daun wijayakusumah di atas, saya tidak pernah mendengar lagi nasib selanjutnya. Tahu-tahu berselang waktu kemudian saya diberitahu istri saya bahwa wijayakusumahnya akan berkembang. We lah, lalu gimana tentang materi belajar memeliharanya, kok tahu-tahu berkembang ? Tenang, nanti saya tanyakan pada istri saya.

Tanaman yang nama latinnya epiphillum anguliger ini ternyata tidak membutuhkan media khusus untuk tempat tumbuhnya. Memeliharannya juga tidak rumit. Setidaknya demikian menurut penuturan istri saya. Biasa saja seperti tanaman hias pada umumnya. Tanah yang cukup gembur yang memungkinkan udara dan air berkeliaran di dalamnya, diberi pupuk dan disiram air secukupnya agar tidak kehausan.

Kami menanamnya di pot, dan pupuk yang kami berikan adalah pupuk kotoran kelinci yang kami pelihara di belakang rumah. Dan seperti yang saya sampaikan di atas, semua proses ini lepas dari pengamatan saya (bahasa halus dari ‘tidak peduli’, he…he…). Dan sebagaimana layaknya tanaman yang selalu tidak lupa membalas budi, akhirnya ia menyuguhkan keindahan bunganya pada kami.

Sekuntum bunga wijayakusumah siap mekar, dan kami bersiap menyambutnya. Kok pakai bersiap segala ? Karena menurut istri saya mekarnya malam hari dan hanya semalam saja, setelah itu kuncup kembali. Wah... hemat sekali ! Kami berencana akan mengabadikan tahapan- tahapan mekar-kuncupnya. Pot kami pindahkan ke ruang tamu agar bisa diamati lebih leluasa.

Saat itulah saya terpesona betul-betul dengan bunga wijayakusumah ini. Kelopaknya coklat keunguan, membalut tajuk bunga yang putih cemerlang. Dibanding bunga pada umumnya, ukuran bunga ini relatif besar. Dan hebatnya, bunga sebesar ini bukan muncul dari ujung dahan tanaman, tapi dari tulang daun. Bisa dibayangkan betapa beratnya beban daun ini menyokong sang bunga, termasuk suplai makanan untuk bekal energinya saat mekar. Makanya cuma kuat semalam.

Saya belum cerita tentang aromanya. Malam itu ruang tamu kami menjadi harum semerbak. Apalagi saat bunga mekar penuh menjelang tengah malam, amboi.....harum semerbak memenuhi ruangan. Amat sensasional !

Nah, sementara itu dulu tentang wijayakusumah kami. Pada tulisan berikutnya akan saya sampaikan cara perawatan berikutnya hingga bunga tersebut menampilkan kehebatan fantatisnya. Dan satu lagi, ada cerita mitos yang berkembang di seputar bunga tersebut.


Selengkapnya »»

Belajar Cara Menemukan Peluang Usaha

Ada yang bilang bahwa peluang usaha sekarang susah, produk apapun sudah terlalu banyak pesaingnya, permintaan tidak meningkat signifikan. Tapi ada juga yang bilang peluang usaha ada dimana-mana, tergantung bagaimana kita jeli menangkapnya. Yang benar yang mana ? Mending yang kedua, karena lebih bermanfaat buat kita. Mari belajar melihatnya.

Cara tradisional.
Lihat rangkaian kata berikut : Kebutuhan – Pasokan. Dimana ada kebutuhan maka disana pula ada peluang usaha untuk memasoknya. Contoh :
Kebutuhan berpakaian – Usaha penjualan pakaian.
Kebutuhan makan nasi – Usaha penjualan beras.
Kebutuhan tempat tinggal – Usaha penyewaan kamar / kos-kosan
Dan sebagainya.

Yang menarik, sisi pasokan tadi bisa berubah menjadi Kebutuhan dan memerlukan pasokan juga. Contoh : Usaha penjualan pakaian – pembuat pakaian. Dan rantai Kebutuhan-Pasokan ini akan terus berlanjut bagi berjenis-jenis kebutuhan sehingga memunculkan demikian banyak peluang usaha. Dan jangan lupa, satu kebutuhan kadang diperlukan lebih dari satu pasokan usaha. Jadi akan makin banyak lagi kembangannya.

Tapi setiap rantai sudah banyak pemainnya ! Ya, iyalah, memangnya kenapa ? Jumlah tukang bakso masih terus bertambah, jumlah tiukang ojek demikian juga, kok mereka masih menghasilkan pendapatan ? Secara teori memang ada titik jenuhnya, tapi selagi kebutuhan terus tumbuh titik jenuh tadi tidak bisa ditentukan ada dimana.

Kuncinya memang ada di kebutuhan. Kebutuhan untuk bertelepon masih tumbuh, tapi kebutuhan untuk bertelepon di wartel sudah menurun. Jangan cari peluang usaha disini. Fenomena wartel ini terjadi akibat adanya pasokan substitusi yang dipenuhi oleh produk substitusi berupa telepon genggam. Mengenai pasokan substitusi ini akan dibahas lagi nanti.

Nah, ternyata untuk cara tradisional saja masih terbuka peluang usaha. Coba saja sempatkan keliling kota dan lakukan pengamatan. Akan terbukti adanya usaha-usaha baru yang terus bermunculan setiap waktunya. Pada saat kita merasa sudah tidak ada peluang, orang lain ternyata membuka usaha baru. Kok bisa ? Itulah ajaibnya, dan sebaiknya kita belajar dari orang itu.


Cara kreatif.
Mencari peluang usaha baru juga bisa dilakukan dengan lebih kreatif. Salah satu caranya adalah dengan melihat kemungkinan adanya Usaha Perantara pada rantai tradisional yang sudah ada, sehingga membentuk rantai sebagai berikut : Kebutuhan – Usaha Perantara – Pasokan. Akibat perubahan lingkungan usaha, celah peluang usaha bisa muncul diantara Kebutuhan dan Pasokan yang selama ini menyambung.

Banyak jenis usaha bermunculan dari proses semacam ini seiring makin kompleksnya kebutuhan manusia. Dulu kalau mau pasang telepon kabel harus ke kantor telepon, sekarang ini sering kita didatangi para pemasar yang menawarkan telepon kabel langsung ke rumah kita. Berarti muncul peluang usaha agency yang menampung para pemasar ini.

Contoh lain adalah pada usaha bordiran. Baju yang dijual di toko/pasar bisa diberi nilai tambah berupa bordir. Bahkan dengan usaha bordir ini konsumen bisa dilayani lebih ‘customize’ sesuai selera individu pemakainya. Dan masih banyak contoh lainnya.

Cara kreatif juga bisa dilakukan dengan memunculkan usaha pasokan substitusi, seperti kasus wartel di atas. Munculnya banyak counter hp saat ini merupakan salah satu contohnya. Untuk memunculkan usaha pasokan substitusi ini tidak sekedar produk substitusi yang dibutuhkan, tapi juga timing yang tepat. Dari dulu produk hp sudah ada namun tidak serta merta bisa mensubstitusi kebutuhan orang bertelepon di wartel. Diperlukan perubahan lain yang lebih makro untuk memunculkan timing yang tepat.

Kemampuan mengidentifikasi keberadaan usaha perantara dan usaha pasokan substitusi merupakan proses kreatif dalam menemukan suatu peluang usaha baru. Sebagaimana biasanya proses kreatif, imajinasi amat diperlukan disini. Ditambah dengan kemampuan melihat ke depan dan kejelian melihat perubahan, maka peluang usaha baru bukan lagi sesuatu yang langka.

Berita baiknya, setiap orang mempunyai peluang melakukannya. Tidak harus orang berpendidikan tinggi atau pengalaman segudang. Sudah sering kita menyaksikan munculnya ide-ide kreatif usaha dari orang kebanyakan saja. Tapi ada kesamaan pada orang semacam ini. Dia mempunyai mimpi, mempunyai keinginan kuat untuk berhasil, dan berjuang keras untuk meraihnya.

Nah, yang terakhir ini pahitnya. Tidak semua peluang usaha yang muncul layak digarap. Kadang secara ekonomis memang tidak layak, kadang timingnya belum sampai atau belum tepat. Ada cara membuat analisis kelayakan usaha yang bisa dibahas pada kesempatan lain.


Selengkapnya »»

Sabtu, 28 November 2009

Belajar Cara Membangun Rasa Pede

Bicara mengenai percaya diri atau pede, hal yang satu ini bagi saya sudah menjadi semacam obsesi. Kalau diingat-ingat, riwayat pede saya sedari kecil bukanlah riwayat yang bisa dibanggakan. Saya seringkali kagum, kadang juga iri, jika melihat orang lain demikian ringannya bersosialisasi. Tanpa beban, tanpa rasa minder meskipun berada di tengah orang-orang hebat. Makanannya apa sih dia ?

Jika seseorang punya banyak kelebihan, besar pengaruhnya, atau orang ternama, tidak aneh jika ia memiliki rasa percaya diri yang besar. Kalau pun dasarnya bukan orang yang pede, semua kelebihan tadi akan mendorong dan mendukung peningkatan kepercayaan dirinya. Tapi nyatanya, banyak juga orang yang tergolong biasa-biasa saja bisa memiliki rasa pede yang besar. Kadang orang yang kurang sensitif (muka tembok, gitu...) malah punya keuntungan untuk hal yang satu ini.

Orang yang memiliki percaya diri akan terlihat dari sikap perilakunya dalam pergaulan, baik dalam suasana formal atau non formal. Relatif tidak dihantui kekhawatiran salah dalam berlaku, sehingga dapat bersikap lepas dan lugas, tidak ragu-ragu.
Orang pede memang mempunyai banyak keuntungan. Dia menjadi lebih mudah untuk bersinar karena ide-idenya dapat dengan mudah disampaikan. Orang akan banyak menghargainya dan mendengarnya, karena sikapnya cenderung lebih simpatik dan enak dilihat. Tidak kikuk. Asal jangan kepedean sehingga menjurus sombong atau narsis.

Sebaliknya, orang yang kepercayaan dirinya rendah atau kurang pede, dunia rasanya sempit. Saya hapal sekali perasaan ini karena menjadi bagian darinya, bahkan hingga sekarang.. Nalar seringkali tidak membantu. Meski sadar hal tersebut bukan sikap yang baik, acapkali menjadi penghambat dalam pelaksanaan aktifitas, tetap saja sulit menghilangkan perasaan itu..

Orang yang kurang pede cenderung lebih pemalu. Dalam kondisi tertentu kadang sikapnya ”malu-maluin”, lebih berpenampilan pecundang, berusaha untuk tidak terlihat, berusaha menghindari untuk berperan apa pun, dan cenderung resisten. Jelas sikap seperti ini amat merugikan, baik bagi diri sendiri, tim, dan institusi dimana yang bersangkutan berada.

Coba ingat-ingat ! Pernahkah di dalam suatu pertemuan formal (atau rapat) anda bersikap sedemikian pasif, sehingga keberadaan anda antara ada dan tiada ? Saya pernah ! Sebenarnya saat itu saya cukup memahami permasalahan yang dibahas, memiliki beberapa ide bagus, dan dalam beberapa momen seharusnya bisa menyampaikan komentar-komentar cerdas. Namun semuanya menjadi tiada berguna karena semuanya tersimpan rapat di kepala. Semua kata-kata hanya berputar-putar di pikiran, direncanakan betul bagaimana mengucapkannya karena khawatir memalukan, itu pun akhirnya tidak keluar juga atau keduluan orang lain. Capek.deh......

Makanya secara sadar saya belajar terus untuk memerangi rasa kurang pede ini. Beberapa pemikiran dan langkah yang saya lakukan yaitu :

Jangan ge-er.
Orang yang pedenya kurang ternyata juga bisa ge-er (gede rasa), kadang malah keterlaluan, seperti saya misalnya. Yang membuat saya merasa minder di suatu kumpulan orang biasanya adalah karena merasa saya tidak sehebat orang-orang, peran dan jabatan saya tidak sepenting mereka, dan lain-lain sisi kurang dari diri saya. Seakan-akan mereka semua memperhatikan dan tahu siapa saya. Ge-er sekali bukan ?
Padahal belum tentu mereka sepenuhnya kenal saya. Bisa saja mereka menganggap saya setara dengan mereka. Atau yang sering terjadi adalah mereka tidak berpikir apa-apa tentang kita. Netral saja. Orang-orang tidak terlalu peduli anda sampai anda menampilkan diri. Jadi tergantung anda akan tampil seperti apa. Orang melihat anda sebagaimana anda merasa tentang diri anda. Jadi saran saya, janganlah mengkerdilkan diri. Ini nyambung dengan point berikutnya di bawah.

Lebih besar dari masalah.
Kurang pede adalah suatu permasalahan, makanya perlu diatasi. Saran orang bijak dalam mengatasi suatu permasalahan adalah dengan menjadikan diri kita lebih besar dari masalah. Dalam dunia pewayangan, ksatria hebat umumnya bertubuh kecil. Saat menghadapi musuh raksasa, kstaria ini akan melakukan tiwikrama, merubah wujudnya menjadi raksasa yang lebih besar. Pastilah sebagiannya karena masalah pede ini (wuah, ngarang aja.....he...he..he...).
Kalau diingat-ingat, ada beberapa kali saya meeting dengan jajaran pimpinan dimana saya merasa enjoy dan leluasa berperan. Rasa minder yang biasanya setia menemani, ngeluyur entah kemana. Ternyata penyebabnya adalah karena saat-saat itu ada hal penting yang harus saya sampaikan. Sedemikian penting dan signifikan hal tersebut hingga saya lupa siapa saya, dan menyingkirkan hambatan apa pun yang mengganggu, termasuk rasa minder.
Rasa kurang pede menjadi masalah remeh-temeh pada saat dihadapkan masalah lain yang lebih besar. Dan kita bisa membuat diri kita lebih besar lagi dari itu, sehingga merasa tidak selayaknya dipusingkan hanya oleh rasa minder. Oo, saya ini bukan orang sembarangan. Banyak hal harus saya pikirkan dan tangani. Gak pede ? Minder ? Wah, gak sempet mikirin tuh...!

Bicarakan hanya yang anda pahami.
Tentu saja tidak selalu anda bisa mengendalikan jenis topik pembicaraan. Bukan itu maksudnya. Topik apa pun yang dijadikan materi pembicaraan, sebenarnya anda selalu bisa memilih sisi yang anda paham betul. Kalau wawasan anda tentang topik dimaksud memang terbatas, jadilah pendengar yang baik. Jika kebanyakan peserta memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, jangan gentar. Biarkan orang lain bicara teori tinggi, setidaknya anda bisa bicara prakteknya yang tentunya lebih anda pahami dari orang lain. Anda bisa menjadi pelengkap yang dihargai dan kehadiran anda pun punya arti.

Kebanyakan adalah karyawan juga.
Dalam kegiatan di lingkungan kantor, kita sering lupa bahwa setinggi apa pun jabatan seseorang, setinggi apa pun pendidikan seseorang, mereka juga karyawan. Mereka bukan pemilik, artinya sama-sama orang digaji. Untuk hal yang satu ini, sebenarnya kita pun sama dengan mereka. Nah, kalau pikiran seperti ini membantu bisa lebih pede, gunakanlah tanpa maksud untuk merendahkan orang.

Perhatikan penampilan anda.
Pernahkan anda punya jerawat yang cukup besar sehingga anda menjadi kikuk dan selalu berusaha menutupinya jika kontak dengan orang lain ? Nah, penampilan yang tidak pas dengan lingkungan yang kita datangi akan mengganggu kepercayaan diri kita seperti kasus jerawat tadi. Bisa karena pakaian, tatanan rambut, badan kurang sehat, dan sebagainya. Sedapat mungkin berikan perhatian cukup untuk hal ini dan tidak menambahi masalah, kecuali anda memang bermental baja.

Terlalu berlebihan juga tidak baik dan bisa mengganggu rasa pede bagi orang yang biasa bersahaja. Tidak berlebihan tapi cukup, karena orang yang kurang pede biasanya kurang suka menjadi perhatian. Perhatian dari orang yang kagum bisa disalahartikan sebagai ada sesuatu yang salah di dirinya. Namanya juga gak pede.

Tidak harus selalu sempurna.
Konyolnya, orang yang merasa tidak hebat cenderung menganggap segala sesuatunya harus sempurna agar tampak hebat. Merupakan aib jika terlihat memiliki kekurangan. Mau ngomong takut salah, mau menyampaikan ide takut idenya dianggap murahan, mau tampil takut dicemooh, akhirnya mau tertawa pun ditahan takut ketawanya sumbang. Repot...!

Pernah saya menyaksikan seorang teman yang baru tanggal gigi depannya menjadi demikian kikuk sikapnya saat ngobrol bersama. Bicaranya menjadi tidak lepas, sikap tangannya yang berusaha menutupi jadi mengganggu sehingga keseluruhan gesturenya jadi tidak enak dilihat. Mungkin akan lebih baik jika ia merelakan saja orang melihat ompongnya, tokh orang juga maklum.

Tapi pernah juga saya menyaksikan orang yang tumbuh bisul besar di keningnya, bersikap dan berbicara lepas tanpa terganggu karenanya. Sekilas orang lain pasti memperhatikan, kadang bahkan mengomentarinya. Tapi si pemilik bisul bisa menerima bisul itu sebagai bagian dari dirinya saat itu, bahkan kadang dibuatnya lelucon. Jadi apa salahnya tidak sempurna ?

Terus... ya udahlah, gitu saja. Udah kebanyakan ngomongnya, jadi muter-muter gak karuan ya..? Habis saya terobsesi banget sih kalau bicara masalah pede. Maaf ya, jadi enggak pede nih.....


Selengkapnya »»

Senin, 23 November 2009

Cara Membuat Navigasi Dalam Blog

Memudahkan cara pembaca blog kita dalam menjelajah keseluruhan isi blog harus menjadi perhatian utama bloger. Komponen yang terpikir oleh saya untuk keperluan ini ialah mesin pencari (search engine), daftar isi blog (arsip blog, menu, tab view, label), related posts, dan read more. Yang sudah ada baru mesin pencari dan menu pulldown.

Dalam memilih alat, selain dengan pertimbangan kemudahan bagi pembaca, saya juga mempertimbangkan kemudahan dalam cara mengeditnya. Idealnya dari menu pulldown bisa diklik langsung ke artikel, tapi lumayan ribet jika setiap posting artikel harus edit html di halaman utama (bener gak ya pemahaman saya ?). Paling mungkin adalah dibuatkan halaman daftar isi tersendiri untuk tiap kategori yang dicantumkan di menu. Nantinya pembaca akan mencari dulu kategori artikel yang diinginkan, barulah melihat keseluruhan artikel di dalam kategori tersebut. Sama saja dengan membuat halaman label pada akhirnya. Yah, ada plus minusnya.

Untuk pembaca yang ingin terjun langsung ke artikel, saya berencana membuat daftar isi dalam bentuk tabview. Dibuat per kategori. Kombinasi mesin pencari, menu, dan tabview rasanya sudah cukup mengakomodasi kepentingan pembaca dalam mencari artikel yang diinginkan. Wualah... artikelnya aja belum ada, sudah repot duluan. Tapi, itulah namanya rencana.

Membuat sarana ’related posts’ sangat membantu pembaca dalam mencari artikel yang berhubungan dengan artikel yang sedang dibacanya. Script dari related posts menghubungkan artikel yang berlabel sama. Dengan demikian kita harus memberi label yang sama pada postingan berkategori sama, atau pada postingan yang kita anggap saling berkaitan.

Yang harus dilakukan dahulu sebelum artikelnya keburu banyak adalah membuat readmore. Sarana ini menampilkan paragraf awal dari tiap artikel/postingan. Karena ditampilkan di halaman muka, sarana ini sangat membantu pembaca memperoleh gambaran awal isi artikel, dalam rangka memilih atau mencari informasi yang dibutuhkan. Dalam blog ini, kata ’readmore’ saya ganti dengan kata ’selengkapnya’.

Lengkaplah sudah alat navigasi di blog ini. Ada mesin pencari, ada pulldown menu, ada tabview, ada related posts, dan ada readmore. Tinggal keliling blog untuk belajar cara membuatnya.


Selengkapnya »»

Minggu, 22 November 2009

Belajar Cara Membenahi Blog

Keinginan membuat dan menghidupkan blog ini muncul ketika melihat template magazine di blognya Kang Rohman. Saya kepincut. Setelah mengunduh satu (nuhun, Kang Rohman…) dan memasangnya, wah ternyata masih banyak pe er untuk menatanya agar sesuai keinginan. Padahal keinginan saya saja belum jelas, masih ditimbang-timbang akan seperti apa nantinya dan kira-kira masih butuh kelengkapan apa saja. Dan cara membuat kelengkapannya juga masih harus keliling blog, belajar dari sana-sini.

Meskipun masih dalam taraf belajar, saya mencoba memperkirakan hal apa saja yang seyogyanya dipertimbangkan saat membuat atau melengkapi suatu blog. Entah benar entah tidak, yang jelas apa yang saya akan lakukan selanjutnya terhadap blog ini didasari beberapa pemikiran berikut.

Panduan mencari informasi.
Blog harus memiliki sarana bagi pembaca untuk mencari informasi yang diinginkan. Bisa berupa menu, daftar isi, atau yang lainnya.

Hubungan sosial.
Punya blog ibarat punya rumah, yang memiliki lingkungan sosial dan perlu dijalin tali silaturahimnya. Caranya bisa dengan membuat buku tamu, tempat berkomentar, dan sebagainya.

Evaluasi dan Pengendalian.
Diperlukan untuk memantau kinerja blog, seberapa banyak dikunjungi dan disukai pembaca. Ada banyak statistik meter yang katanya bisa digunakan. Perlu dipelajari beberapa jenis yang ada, bagaimana karakteristiknya, serta cara membuat dan memasangnya di blog.

Isi blog.
Pada akhirnya menarik atau tidaknya suatu blog tergantung kepada isi blog tersebut. Di dalamnya berhubungan dengan kesesuaian informasi yang disajikan dengan segmen pembaca yang dituju, kemampuan menulis, dan tentunya kerajinan menulis. Jadi perlu juga belajar lagi cara menulis yang baik dan benar. Eh, jadi ingat pelajaran mengarang waktu sekolah dulu.

Lain-lain.
Bila disebut lain-lain, bukan berarti fungsinya tidak penting. Pada beberapa blog bahkan bisa dianggap sangat penting. Saya kategorikan lain-lain karena saya memang tidak paham. Coba nih simak kata-kata seperti SEO, monetize blog, adsense, dan entah apa lagi. Begitu juga ada beberapa aksesoris tambahan yang kadang saya lihat menghias beberapa blog. Belum tahu darimana mengambilnya.

Itu dulu deh ! Nanti disambung uraian yang lebih rinci dan cara membuatnya. Perlu keliling lagi neh...!


Selengkapnya »»

My Inspiration

 

Copyright © 2009 by Cara Belajar Membuat