Bicara mengenai percaya diri atau pede, hal yang satu ini bagi saya sudah menjadi semacam obsesi. Kalau diingat-ingat, riwayat pede saya sedari kecil bukanlah riwayat yang bisa dibanggakan. Saya seringkali kagum, kadang juga iri, jika melihat orang lain demikian ringannya bersosialisasi. Tanpa beban, tanpa rasa minder meskipun berada di tengah orang-orang hebat. Makanannya apa sih dia ?
Jika seseorang punya banyak kelebihan, besar pengaruhnya, atau orang ternama, tidak aneh jika ia memiliki rasa percaya diri yang besar. Kalau pun dasarnya bukan orang yang pede, semua kelebihan tadi akan mendorong dan mendukung peningkatan kepercayaan dirinya. Tapi nyatanya, banyak juga orang yang tergolong biasa-biasa saja bisa memiliki rasa pede yang besar. Kadang orang yang kurang sensitif (muka tembok, gitu...) malah punya keuntungan untuk hal yang satu ini.
Orang yang memiliki percaya diri akan terlihat dari sikap perilakunya dalam pergaulan, baik dalam suasana formal atau non formal. Relatif tidak dihantui kekhawatiran salah dalam berlaku, sehingga dapat bersikap lepas dan lugas, tidak ragu-ragu.
Orang pede memang mempunyai banyak keuntungan. Dia menjadi lebih mudah untuk bersinar karena ide-idenya dapat dengan mudah disampaikan. Orang akan banyak menghargainya dan mendengarnya, karena sikapnya cenderung lebih simpatik dan enak dilihat. Tidak kikuk. Asal jangan kepedean sehingga menjurus sombong atau narsis.
Sebaliknya, orang yang kepercayaan dirinya rendah atau kurang pede, dunia rasanya sempit. Saya hapal sekali perasaan ini karena menjadi bagian darinya, bahkan hingga sekarang.. Nalar seringkali tidak membantu. Meski sadar hal tersebut bukan sikap yang baik, acapkali menjadi penghambat dalam pelaksanaan aktifitas, tetap saja sulit menghilangkan perasaan itu..
Orang yang kurang pede cenderung lebih pemalu. Dalam kondisi tertentu kadang sikapnya ”malu-maluin”, lebih berpenampilan pecundang, berusaha untuk tidak terlihat, berusaha menghindari untuk berperan apa pun, dan cenderung resisten. Jelas sikap seperti ini amat merugikan, baik bagi diri sendiri, tim, dan institusi dimana yang bersangkutan berada.
Coba ingat-ingat ! Pernahkah di dalam suatu pertemuan formal (atau rapat) anda bersikap sedemikian pasif, sehingga keberadaan anda antara ada dan tiada ? Saya pernah ! Sebenarnya saat itu saya cukup memahami permasalahan yang dibahas, memiliki beberapa ide bagus, dan dalam beberapa momen seharusnya bisa menyampaikan komentar-komentar cerdas. Namun semuanya menjadi tiada berguna karena semuanya tersimpan rapat di kepala. Semua kata-kata hanya berputar-putar di pikiran, direncanakan betul bagaimana mengucapkannya karena khawatir memalukan, itu pun akhirnya tidak keluar juga atau keduluan orang lain. Capek.deh......
Makanya secara sadar saya belajar terus untuk memerangi rasa kurang pede ini. Beberapa pemikiran dan langkah yang saya lakukan yaitu :
Jangan ge-er.
Orang yang pedenya kurang ternyata juga bisa ge-er (gede rasa), kadang malah keterlaluan, seperti saya misalnya. Yang membuat saya merasa minder di suatu kumpulan orang biasanya adalah karena merasa saya tidak sehebat orang-orang, peran dan jabatan saya tidak sepenting mereka, dan lain-lain sisi kurang dari diri saya. Seakan-akan mereka semua memperhatikan dan tahu siapa saya. Ge-er sekali bukan ?
Padahal belum tentu mereka sepenuhnya kenal saya. Bisa saja mereka menganggap saya setara dengan mereka. Atau yang sering terjadi adalah mereka tidak berpikir apa-apa tentang kita. Netral saja. Orang-orang tidak terlalu peduli anda sampai anda menampilkan diri. Jadi tergantung anda akan tampil seperti apa. Orang melihat anda sebagaimana anda merasa tentang diri anda. Jadi saran saya, janganlah mengkerdilkan diri. Ini nyambung dengan point berikutnya di bawah.
Lebih besar dari masalah.
Kurang pede adalah suatu permasalahan, makanya perlu diatasi. Saran orang bijak dalam mengatasi suatu permasalahan adalah dengan menjadikan diri kita lebih besar dari masalah. Dalam dunia pewayangan, ksatria hebat umumnya bertubuh kecil. Saat menghadapi musuh raksasa, kstaria ini akan melakukan tiwikrama, merubah wujudnya menjadi raksasa yang lebih besar. Pastilah sebagiannya karena masalah pede ini (wuah, ngarang aja.....he...he..he...).
Kalau diingat-ingat, ada beberapa kali saya meeting dengan jajaran pimpinan dimana saya merasa enjoy dan leluasa berperan. Rasa minder yang biasanya setia menemani, ngeluyur entah kemana. Ternyata penyebabnya adalah karena saat-saat itu ada hal penting yang harus saya sampaikan. Sedemikian penting dan signifikan hal tersebut hingga saya lupa siapa saya, dan menyingkirkan hambatan apa pun yang mengganggu, termasuk rasa minder.
Rasa kurang pede menjadi masalah remeh-temeh pada saat dihadapkan masalah lain yang lebih besar. Dan kita bisa membuat diri kita lebih besar lagi dari itu, sehingga merasa tidak selayaknya dipusingkan hanya oleh rasa minder. Oo, saya ini bukan orang sembarangan. Banyak hal harus saya pikirkan dan tangani. Gak pede ? Minder ? Wah, gak sempet mikirin tuh...!
Bicarakan hanya yang anda pahami.
Tentu saja tidak selalu anda bisa mengendalikan jenis topik pembicaraan. Bukan itu maksudnya. Topik apa pun yang dijadikan materi pembicaraan, sebenarnya anda selalu bisa memilih sisi yang anda paham betul. Kalau wawasan anda tentang topik dimaksud memang terbatas, jadilah pendengar yang baik. Jika kebanyakan peserta memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, jangan gentar. Biarkan orang lain bicara teori tinggi, setidaknya anda bisa bicara prakteknya yang tentunya lebih anda pahami dari orang lain. Anda bisa menjadi pelengkap yang dihargai dan kehadiran anda pun punya arti.
Kebanyakan adalah karyawan juga.
Dalam kegiatan di lingkungan kantor, kita sering lupa bahwa setinggi apa pun jabatan seseorang, setinggi apa pun pendidikan seseorang, mereka juga karyawan. Mereka bukan pemilik, artinya sama-sama orang digaji. Untuk hal yang satu ini, sebenarnya kita pun sama dengan mereka. Nah, kalau pikiran seperti ini membantu bisa lebih pede, gunakanlah tanpa maksud untuk merendahkan orang.
Perhatikan penampilan anda.
Pernahkan anda punya jerawat yang cukup besar sehingga anda menjadi kikuk dan selalu berusaha menutupinya jika kontak dengan orang lain ? Nah, penampilan yang tidak pas dengan lingkungan yang kita datangi akan mengganggu kepercayaan diri kita seperti kasus jerawat tadi. Bisa karena pakaian, tatanan rambut, badan kurang sehat, dan sebagainya. Sedapat mungkin berikan perhatian cukup untuk hal ini dan tidak menambahi masalah, kecuali anda memang bermental baja.
Terlalu berlebihan juga tidak baik dan bisa mengganggu rasa pede bagi orang yang biasa bersahaja. Tidak berlebihan tapi cukup, karena orang yang kurang pede biasanya kurang suka menjadi perhatian. Perhatian dari orang yang kagum bisa disalahartikan sebagai ada sesuatu yang salah di dirinya. Namanya juga gak pede.
Tidak harus selalu sempurna.
Konyolnya, orang yang merasa tidak hebat cenderung menganggap segala sesuatunya harus sempurna agar tampak hebat. Merupakan aib jika terlihat memiliki kekurangan. Mau ngomong takut salah, mau menyampaikan ide takut idenya dianggap murahan, mau tampil takut dicemooh, akhirnya mau tertawa pun ditahan takut ketawanya sumbang. Repot...!
Pernah saya menyaksikan seorang teman yang baru tanggal gigi depannya menjadi demikian kikuk sikapnya saat ngobrol bersama. Bicaranya menjadi tidak lepas, sikap tangannya yang berusaha menutupi jadi mengganggu sehingga keseluruhan gesturenya jadi tidak enak dilihat. Mungkin akan lebih baik jika ia merelakan saja orang melihat ompongnya, tokh orang juga maklum.
Tapi pernah juga saya menyaksikan orang yang tumbuh bisul besar di keningnya, bersikap dan berbicara lepas tanpa terganggu karenanya. Sekilas orang lain pasti memperhatikan, kadang bahkan mengomentarinya. Tapi si pemilik bisul bisa menerima bisul itu sebagai bagian dari dirinya saat itu, bahkan kadang dibuatnya lelucon. Jadi apa salahnya tidak sempurna ?
Terus... ya udahlah, gitu saja. Udah kebanyakan ngomongnya, jadi muter-muter gak karuan ya..? Habis saya terobsesi banget sih kalau bicara masalah pede. Maaf ya, jadi enggak pede nih.....
Rumah Tua di Tepi Hutan
1 tahun yang lalu
Comments :
0 komentar to “Belajar Cara Membangun Rasa Pede”
Posting Komentar