Minggu, 29 November 2009

Belajar Memelihara Tanaman Wijayakusumah.

Saat berkunjung ke rumah seorang kawan, secara tidak sengaja istri saya melihat daun wijayakusumah tergeletak liar di tanah dan bertunas. Satu point pelajaran, berarti cara pengembangbiakannya melalui tunas di daun. Tancapkan daun di tanah yang cocok, maka bertunaslah dia. Nanti akan saya tunjukkan betapa hebatnya daun tanaman wijayakusumah ini.

Setelah peristiwa penemuan daun wijayakusumah di atas, saya tidak pernah mendengar lagi nasib selanjutnya. Tahu-tahu berselang waktu kemudian saya diberitahu istri saya bahwa wijayakusumahnya akan berkembang. We lah, lalu gimana tentang materi belajar memeliharanya, kok tahu-tahu berkembang ? Tenang, nanti saya tanyakan pada istri saya.

Tanaman yang nama latinnya epiphillum anguliger ini ternyata tidak membutuhkan media khusus untuk tempat tumbuhnya. Memeliharannya juga tidak rumit. Setidaknya demikian menurut penuturan istri saya. Biasa saja seperti tanaman hias pada umumnya. Tanah yang cukup gembur yang memungkinkan udara dan air berkeliaran di dalamnya, diberi pupuk dan disiram air secukupnya agar tidak kehausan.

Kami menanamnya di pot, dan pupuk yang kami berikan adalah pupuk kotoran kelinci yang kami pelihara di belakang rumah. Dan seperti yang saya sampaikan di atas, semua proses ini lepas dari pengamatan saya (bahasa halus dari ‘tidak peduli’, he…he…). Dan sebagaimana layaknya tanaman yang selalu tidak lupa membalas budi, akhirnya ia menyuguhkan keindahan bunganya pada kami.

Sekuntum bunga wijayakusumah siap mekar, dan kami bersiap menyambutnya. Kok pakai bersiap segala ? Karena menurut istri saya mekarnya malam hari dan hanya semalam saja, setelah itu kuncup kembali. Wah... hemat sekali ! Kami berencana akan mengabadikan tahapan- tahapan mekar-kuncupnya. Pot kami pindahkan ke ruang tamu agar bisa diamati lebih leluasa.

Saat itulah saya terpesona betul-betul dengan bunga wijayakusumah ini. Kelopaknya coklat keunguan, membalut tajuk bunga yang putih cemerlang. Dibanding bunga pada umumnya, ukuran bunga ini relatif besar. Dan hebatnya, bunga sebesar ini bukan muncul dari ujung dahan tanaman, tapi dari tulang daun. Bisa dibayangkan betapa beratnya beban daun ini menyokong sang bunga, termasuk suplai makanan untuk bekal energinya saat mekar. Makanya cuma kuat semalam.

Saya belum cerita tentang aromanya. Malam itu ruang tamu kami menjadi harum semerbak. Apalagi saat bunga mekar penuh menjelang tengah malam, amboi.....harum semerbak memenuhi ruangan. Amat sensasional !

Nah, sementara itu dulu tentang wijayakusumah kami. Pada tulisan berikutnya akan saya sampaikan cara perawatan berikutnya hingga bunga tersebut menampilkan kehebatan fantatisnya. Dan satu lagi, ada cerita mitos yang berkembang di seputar bunga tersebut.


Artikel Yang Berhubungan



Comments :

0 komentar to “Belajar Memelihara Tanaman Wijayakusumah.”

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 by Cara Belajar Membuat